Dalam hidup, terkadang kita menilai sesuatu tanpa melihat alasan mengapa hal tersebut terjadi atau bahkan apa kacamata yang kita pakai saat kita melihatnya. Kacamata yang kita pakai sama fungsinya dengan hati kita dalam merasakan. Apa yang dirasakan hati akan tercermin lewat ucapan. 

Dikisahkan, sepasang suami istri yang baru menikah dan menempati rumah baru mereka di sebuah komplek perumahan. Pada suatu pagi yang cerah, sewaktu sarapan bersama suaminya, sang istri memandang keluar rumah melalui jendela rumah mereka. Ia melihat tetangganya sedang menjemur pakaian. Ia pun kemudian berkata, ‘” cuciannya kelihatan kurang bersih ya”, kata sang istri. “Sepertinya dia tidak tahu bagaimana cara mencuci pakaian dengan benar�, lanjutnya. �Mungkin dia perlu sabun cuci atau mungkin mesin cuci yang lebih bagus.”

Mendengar celotehan istrinya, sang suami berhenti menyantap makanannya dan menoleh ke arah jendela. Dia hanya menatap dan memperhatikan sejenak apa yang dilihat oleh istrinya tanpa memberikan komentar apapun. Kemudian dia kembali menyantap makanannya dan bergegas untuk pergi ke kantor.

Di hari berikutnya, sang istri melihat kembali tetangganya sedang menjemur pakaian dan diapun kembali memberikan komentar yang sama seperti hari sebelumnya. Dan sejak hari itu pula, setiap tetangganya menjemur pakaian, sang istri selalu memberikan komentar yang sama.

Seminggu berlalu, tiba � tiba ada hal yang tidak biasa yang dilihat oleh sang istri. Sang istri terheran – heran ketika melihat pakaian – pakaian yang dijemur oleh tetangganya terlihat cemerlang dan bersih. Kemudian dia berseru kepada suaminya “Lihat, sepertinya dia telah belajar bagaimana mencuci pakaian dengan benar. Siapa ya kira – kira yang sudah mengajarinya?”

Mendengar seruan istrinya, sang suami pun tersenyum dan berkata, “Sayang, tahukah engkau? Hari ini aku bangun pagi – pagi sekali dan membersihkan kaca jendela kita.” Mendengar jawaban suaminya, sang istri pun terkejut dan sejenak terdiam merenungi penilaian dia tentang hasil cucian tetangganya selama ini.

Begitu juga lah kehidupan yang kita jalani. Jendela kaca tersebut ibarat hati kita. Apa yang kita lihat pada saat menilai orang lain, itu semua tergantung kepada kebersihan hati kita atau �jendela� kita.  Jika hati kita bersih, maka bersih pula pikiran kita. Jika pikiran kita bersih, maka bersih pula perkataan kita. Jika perkataan kita bersih maka bersih pula perbuatan kita. Pikiran, perkataan dan perbuatan kita adalah cerminan hati kita.

Hati kita menentukan apa yang kita pikirkan. Pikiran kita menentukan perkataan yang akan kita ucapkan serta perkataan yang kita utarakan menentukan perilaku kita, Ladies. Oleh karena itu, apa yang kita perbuat sekarang akan ikut serta menentukan masa depan kita.


By admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *